Serangan Israel ke kapal Mavi Marmara
Kronologis Penyerangan Mavi Marmara
Sebelum SeranganKapal “Mavi Marmara” yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina, mulai berlayar meninggalkan Pelabuhan Antalya, Turki, Kamis (27/5) malam waktu setempat, untuk bergabung dengan delapan kapal lainnya di Laut Tengah. Beberapa kapal kemudian akan beriringan menembus blokade Israel menuju perairan sekitar Jalur Gaza yang bisa ditempuh selama 15-20 jam. Pihak IHH sengaja memberangkatkan “Mavi Marmara” di malam hari dengan harapan akan memasuki perairan Gaza sekitar pukul 14.00 waktu setempat.
Mavi Marmara sendiri adalah kapal penumpang sejenis ferry dengan kapasitas penuh 800 orang, namun dengan pertimbangan kenyamanan, pihak IHH membatasi jumlah penumpang dalam misi menembus blokade ini hanya 600-an penumpang. Mereka terdiri dari anggota parlemen dari beberapa negara, artis dan seniman, dan tentunya para aktivis yang bertentangan dengan kebijakan Israel memblokade Gaza.
Pihak Israel sendiri dikabarkan telah menyiapkan angkatan lautnya untuk menggiring kapal-kapal ini menuju Ashdod, sebuah kota pelabuhan kecil di utara Jalur Gaza.Israel akan memaksa rombongan membongkar muatan berupa bantuan itu untuk di antar masuk ke Jalur Gaza, namun IHH menyangsikan kebenaran janji Israel itu.
Bullent Yildirim, dalam konfernsi pers sebelum keberangkatan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mematuhi perintah dari manapun untuk membelokkan arah perjalanan. Tujuan mereka sudah sangat jelas yakni Jalur Gaza dan akan bersama-sama mengatasi rintangan yang dibuat oleh pihak Israel untuk menghalang-halangi masuknya bantuan kemanusiaan bagi bangsa Palestina ini.
PM Turki Perdana Menteri Recep Tayyib Erdogan bahkan jauh hari sudah memperingatkan pihak keamanan Israel untuk tidak menyerang rombongan ini.
Israel mengancam akan mengerahkan 2 atau 3 kapal berisi rakyatnya yang bersenjata dengan tujuan menghalangi masuknya kafilah kapal-kapal kemanusiaan ke Gaza. Kabar ancaman yang disampaikan oleh Presiden IHH (lembaga kemanusiaan internasional terbesar di Turki) Bulent Yildirim itu dijawab oleh sekitar 5 ribu orang dengan meneriakkan takbir dan tahlil saat melepas kapal utama Konvoi Kemanusiaan “Lifeline for Gaza” meninggalkan dermaga pelabuhan Sarayburnu, Istanbul (22/5).
Kapal Mavi Marmara yang bercat putih dan biru muda dan berbendera Turki itu berlayar menuju selatan tepat jam 2 siang (jam 6 sore WIB), menuju pelabuhan Antalya, dan rencananya pada hari Selasa akan melanjutkan perjalanan menembus kepungan Angkatan Laut Israel ke Gaza bersama dengan 8 kapal lainnya dari Turki, Yunani, dan Inggris.Kafilah kapal kemanusiaan ini ditumpangi oleh lebih dari 700 orang aktivis kemanusiaan, anggota parlemen, dan wartawan dari 42 negara. Dari Indonesia telah hadir di Istanbul tim dari KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) dan Sahabat Al-Aqsha.
Kafilah kapal kemanusiaan ini membawa muatan lebih dari 20 ribu ton bantuan kemanusiaan berupa bahan bangunan seperti semen dan besi, obat-obatan, peralatan rumah sakit, peralatan sekolah dan kebutuhan gizi balita dan bayi-bayi di Gaza.Bertolaknya Kapal Mavi Marvara diiringi dengan dentuman puluhan mercon berukuran besar yang diledakkan di dekat buritan kapal pesiar berkapasitas 1000 orang itu. Di atas kapal, beberapa peserta konvoi menyalakan asap-asap pengirim sinyal darurat beraneka warna. Di dek belakang kapal ratusan balon berwarna merah-hitam-putih-hijau seperti bendera Palestina dilepas.
Para hadirin yang terdiri dari pemuda, pemudi, orangtua dan anak-anak sudah berkumpul di dermaga sejak jam 9 pagi menyambut diangkatnya jangkar Mavi Marmara dengan pekik yang membahana, “Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar.. Laa ilaaha illa Allahu Allahu Akbar!” Mereka tak henti-hentinya mengibarkan bendera-bendera Palestina, Turki, bendera Tauhid dan bendera negara-negara yang diwakili oleh para peserta konvoi.
Pada saat yang sama lebih dari 20 kapal berukuran kecil yang dipenuhi pemuda-pemudi Turki ikut melepas bertolaknya Mavi Marmara (yang berarti Marmara Biru, diambil dari nama laut Istanbul) menuju Gaza. Mereka ikut meneriakkan yel-yel membela Palestina serta takbir dan tahlil sambil mengibar-kibarkan bendera Palestina dan Turki.
Sudah lebih dari 3 tahun Gaza diembargo secara internasional oleh Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa akibat rakyat Gaza memilih untuk melawan penjajah Israel. Negara Zionis Israel didirikan di atas tanah Palestina sejak 63 tahun yang lalu, dan sejak itu mempertahankan keberadaannya dengan teror, penculikan, penyiksaan, pembunuhan, perampasan rumah dan tanah, serta penghancuran harta benda rakyat Palestina.
Saat serangan
Pasukan komando Israel dengan penutup muka, turun cepat dengan tali dari helikopter. Dalam cuplikan tayangan milik militer Israel, terlihat mereka “disambut” dengan pukulan tongkat oleh penumpang kapal bantuan tujuan Gaza. Saat itu, menurut Israel, pasukan mereka juga berhadapan dengan pisau, tongkat pemukul, bahkan tembakan, sehingga para serdadu balas menembak.Panitia “Flottilla to Gaza” membantah keras pernyataan Israel. “Dalam kegelapan malam, komando Israel turun dari helikopter ke kapal yang ditumpangi warga Turki, Mavi Marmara, dan langsung menembak begitu kaki mereka menjejak,” kata pernyataan kelompok Free Gaza. “Para penumpang melambaikan bendera putih, bukan tongkat pemukul.”
Namun, cuplikan tayangan yang disebarkan militer Israel menunjukkan pasukan itu mendapat perlawanan begitu sampai di dek. Pentungan dan kursi plastik dilemparkan ke komando Israel. “Waktu saya turun saya lihat kenekatan di mata mereka,” kata seorang anggota komando kepada para wartawan di Ashdod, Israel, tempat kapal itu dipaksa berlabuh.
Menurut si serdadu, semua anggota pasukan telah diperintahkan untuk menghidari kekerasan. Mereka dilengkapi dengan senjata peluru cat dan pistol hanya digunakan dalam keadaan ekstrem. “Senjata saya ‘paint gun’ dan tak ada senjata lainnya. ‘Paint gun’-nya juga yang biasa dipakai anak-anak usia 12 tahun,” kata serdadu itu seperti dikutip AFP. “Kami datang bukan untuk bertempur, kami datang untuk mengatakan agar mereka berhenti dan balikkan kapal.”
Kapal itu diseret ke Ashdod, pelabuhan di selatan Israel dengan ratusan penumpang di kapal itu tidak dapat berkomunikasi. Tiga helikopter dan beberapa perahu komando mendekat flottilla sekitar pukul 4 dinihari (Senin 08.00WIB) , kata seorang pejabat militer Israel. Serdadu itu mengemukakan ada 30 aktivis, semuanya berbahasa Arab, diringkus dalam operasi yang tidak sampai dua jam itu.
Beberapa petunjuk mengarah bahwa sebagian besar, atau semua korban tewas, ada di kapal Mavi Marmara yang berpenumpang paling banyak yaitu 700-an aktivis. Menurut Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letjen Gabi Ashkenazi, keadaan di ferry milik badan amal Islam IHH itu, berbeda dengan lima kapal lainnya. “Begitu pasukan tiba di kapal, ada kekerasan ekstrem. Hal itu sudah dipersiapkan termasuk adanya senjata, batang besi, pisau dan senjata api, mungkin senjata yang dicuri dari tentara,” kata Ashkenazi.
Dzikrullah Ramudya adalah salah satu relawan Indonesia untuk Palestina yang berada di kapal Mavi Marmara. Sejam sebelum kapal itu diserang Israel, Dzikrullah memberi pesan kepada adik kandungnya.”Kalau terjadi apa-apa dengan saya, tidak usah sedih ya. Insya Allah semua yang terbaik dari Allah. Dzikrullah bersama 11 warga negara Indonesia (WNI) lainnya turut dalam kapal. Dzikrullah merupakan relawan dari Sahabat Al Aqsha. Sang adik, Amirul Iman, menjabat Direktur operasional Sahabat Al Aqsha. Sahabat Al Aqsha mengirim tiga delegasi termasuk kakaknya. Dua lainnya yakni, Surya fahrizal (jurnalis Hidayatullah) dan Santi Soekanto (istri Dzikrullah). Komunikasi satu jam terakhir sebelum serangan itu dilakukan lewat internet. Amirul juga memonitor langsung kondisi di atas kapal dari tayangan video live streaming yang dilakukan Lembaga Kemanusiaan Turki (IHH). Perbincangan itu sudah menjelang shubuh. “Dia mengabarkan, kapal-kapal Israel sudah berada di sisi kanan dan kiri Mavi Marmara. Mereka pamer-pamer senjata. Satu helikopter terbang di atas kapal. Saat itu, tentara Israel belum melakukan serangan. Tentara-tentara Israel masih memberikan peringatan lewat pengeras suara. Israel meminta agar kapal yang mengangkut 500 lebih relawan dari 30 negara itu berhenti dan berbalik arah.
Kapten Turki yang berada dalam kapal Mavi Marmara, kapal misi bantuan untuk penduduk Gaza yang diserang Israel secara brutal dan menewaskan sekitar 20 orang menceritakan detil peristiwa saat penyerangan terjadi. Kapten Huseyin Tokalak mengatakan bahwa angkatan laut Israel mengancam akan menenggelamkan kapal sebelum akhirnya tentara mereka memasuki kapal, seperti yang dilansir Reuters. “Mereka mengarahkan senjara ke kepala kami,” ujar Tokalak dalam konferensi pers pada Selasa (1/6). “Mereka benar-benar menarik senjata, seperti yang kalian lihat di film-film.” Kapal bantuan Freedom Flotilla ini mengangkut sekitar 10.000 ton material bangunan, peralatan medis dan perelngkapan sekolah. Tentara zionis Israel menyerang kapal tersebut saat masih berada di wilayah perairan internasional, sekitar 150 Km dari pantai Gaza.
Tokalak mengatakan ia dan kapten lainnya telah meyakinkan angkatan laut Israel bahwa mereka msih berada di perairan internasional dan membawa barang-barang yang tidak ilegal. “Mereka mulai menembaki Mavi Marmara….. Mereka tidak peduli bagian depan atau belakang kapal,” ujarnya yang mengepalai konvoy. “Aku katakan, mereka mencoba menenggelamkan kapal.”
Akhirnya di deportasi
Israel dikabarkan akan segera mendeportasi ratusan aktivis yang ditangkap di enam armada kapal bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memutuskan Selasa malam.Dalam menghadapi kritik dunia sepanjang hari Senin kemarin, pejabat Israel mengatakan 680 aktivis yang ditahan akan segera dibebaskan. “Disepakati bahwa tahanan akan segera dideportasi,” kata Nir Hefez, demikian juru bicara Netanyahu, dalam sebuah pernyataan tertulis kepada wartawan. Netanyahu mengambil keputusan itu setelah konsultasi dengan menteri di tingkat atas.Para aktivis dari Eropa, Amerika Utara, Asia dan Afrika Utara ditahan di sekitar pelabuhan Israel di Asdod pada Senin malam.
120 orang sudah dideportasi melalui perbatasan Yordania. Departemen Dalam Negeri Israel mengatakan 682 aktivis lainnya akan segera dideportasi, sementara yang lain dipenjara karena mereka menentang perintah, atau di rumah sakit dirawat karena luka-luka. Israel memberikan rincian sebagai berikut negara dan jumlah aktivis yang terlibat, tidak termasuk sembilan orang yang tewas dan luka parah dalam serangan hari Senin: Australia 3; Azerbaijan 2; Italia 6; Indonesia 12; Irlandia 9; Aljazair 28; Amerika Serikat 11; Bulgaria 2; Bosnia 1; Bahrain 4; Belgia 5; Jerman 11, Afrika Selatan 1, Belanda 2; Inggris 31; Yunani 38 ; Jordan 30; Kuwait 15; Libanon 3; Mauritania 3; Malaysia 11; Mesir 3 ; Makedonia 3; Maroko 7, Norwegia 3; Selandia Baru 1; Suriah 3; Serbia 1; Oman 1; Pakistan 3 , Republik Ceko 4; Prancis 9 ; Kosovo 1; Kanada 1; Swedia 11; Turki 380; Yaman 4.
Pada saat dini hari Rabu (1/6) dengan menumpang 5 kendaraan busa yang dikawal ketat militer israel dan ambulance rombongan ini menuju ke Yordania menuju ke kedutaan besar asal masing-masing. Militer israel secara resmi menyerahkan kepada perwakilan negara-negara tersebut di Yordania. Dalam laporan secara langsung sebuah TV swasta, tampak 10 orang yang berasala dari Indonesia selamat. Ke sepuluh orang tersebut sempat berbincang dengan presiden SBY dan keluarganya. Pada umumnya mereka mengucapkan terimakasih atas dukungan moril dan doa dari seluruh rakyat Indonesia sehingga mereka bisa selamat. Meski pada umumnya barang-barang yang ada hanya tinggal baju yang dikenakannya. Akhirnya pihak kedutaan membawa rombongan tersebut untuk berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di negara Yordania untuk membeli baju baru.
Sedangkan 2 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit Israel karena terkena luka tembak. Kabar terakhir yang diberikan seorang telah berhasil dioperasi dengan selamat.
Jumlah Tewas
Lembaga Bantuan Kemanusiaan Turki (IHH) merilis daftar jumlah relawan misi kemanusiaan yang luka dan tewas dalam insiden serangan tentara Israel ke Kapal Mavi Marmara. Dalam rilis tidak disebutkan nama korban yang tewas, hanya yang cedera. “Semalam, di atas jam 8 malam, IHH Turki mengeluarkan rilis. Ada lebih 50 orang luka dan 19 orang meninggal dunia,” kata Direktur Operasional Sahabat Al Aqsha, Amirul Iman, dalam perbincangan dengan VIVAnews, Selasa 1 Juni 2010. Sahabat Al Aqsha merupakan salah satu kelompok relawan asal Indonesia yang berada dalam kapal itu. Tiga relawan lembaga ini turut dalam rombongan kemanusiaan yang dimotori IHH Turki. Nama korban yang cedera pun belum disebutkan secara lengkap. “Jumlah korban yang luka yang disebutkan tidak sampai 50 orang. Dari nama-namanya tidak ada yang dari Indonesia,” ujarnya.
Jumlah warga negara Indonesia yang ada dalam kapal itu berjumlah 12 orang. “Mereka mengidentifikasi dari video streaming saja,” kata Amirul.Amirul juga belum mendapat kabar pasti tentang nasib tiga rekannya yang berada di dalam kapal. Kontak terakhir dengan salah satu dari mereka berlangsung sekitar 24 jam lalu. “Saat itu satu jam sesaat sebelum penyerangan. Saya ngobrol dengan Surya Fahrizal (jurnalis Hidayatullah). Dia bilang sejak jam 11 malam dibuntuti tentara Israel,” ujarnya. Berikut sebagian nama korban luka yang diumumkan IHH Turki: 1. Sükrü Peker2. Mehmet Murat Yildirim3. Canip Tunç4. Sadettin Furkan5. Tuna Yücel6. Muhittin Yildirim7. Osman Çal?k 8. Suat Kosmaz9. Sahin Ibrahim Güleryüz10. Imdat Avli11. Mustafa Batiran12. Rabiha Gümrükçü13. Cevdet Öçenek14. Erkan Baycidan
Relawan Mer-C yang berangkat ke Gaza (Dok Mer-C)
Sementara itu, Medical Emergency Rescue Committe (Mer-C) dalam situsnya menyebut serangan tentara Zionis Israel terhadap Kapal Mavi Marmara, kapal bantuan kemanusiaan milik Insani Yardim Fakvi (IHH) Turki mengakibatkan sekitar 10 relawan syahid dan 50 lainnya mengalami luka-luka. Namun sampai saat ini belum ada konfirmasi lebih lanjut mengenai identitas para korban.Kabar tersebut diperoleh dari informasi terakhir dari “video streaming” yang menayangkan kondisi dan kejadian langsung dari Kapal “Mavi Marmara” yang dapat diakses di website MER-C (www.mer-c.org) dan website IHH (www.ihh.org.tr). Dari tayangan “video streaming” tersebut, terlihat helikopter Angkatan Laut Israel mengelilingi dan mencoba untuk mengintimidasi konvoi kapal yang sedang bergerak menuju Gaza untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan. Beberapa saat kemudian terlihat tentara Israel turun dari helikopter dan memasuki kapal Mavi Marmara yang berisi lebih dari 500 aktivis dan relawan peduli Palestina dari 30 negara. Sejumlah relawan Indonesia yang ikut dalam misi kemanusiaan di kapal tersebut antara lain dari Tim MER-C, KISPA dan Sahabat Al Aqhsa, dan Hidayatullah.com.
Sementara itu, Rini, relawan MER-C yang dihubungi di kantornya mengatakan, pihaknya masih belum menerima kabar terbaru terkait penyerangan oleh tentara Zionis Israel itu. “Kita juga terus menghubungi IHH (Insani Yardim Fakvi), lembaga kemanusiaan Turki yang menjadi koordinator tim bantuan kemanusiaan itu, namun belum ada perkembangan,” katanya.
Empat relawan Mer-C dan satu kamerawan televisi ikut dalam misi kemanusiaan tersebut. Mereka adalah Nurfitri Taher (Upi) yang merupakan “project officer Mer-C”, tenaga medis Arief Rahman, tenaga mekanik Nur Ikhwan Abadi, tenaga non medis Abdillah Onim yang akan ikut mendirikan rumah sakit di Gaza, serta wartawan TVOne M Yasin.
Kementerian Luar Negeri mengatakan kepergian relawan Warga Negara Indonesia dalam rombongan Armada Kebebasan ke Gaza tidak direkomendasikan Pemerintah. “Karena situasi Gaza bahaya, ada blokade laut oleh pasukan Israel,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Teguh Wardoyo di kantornya di Jalan Pejambon, Jakarta, hari ini (1/6). Menurut Teguh, pada 18 Mei 2010, lima orang sukarelawan dari MER-C mengirim surat pemberitahuan ke Kementerian Luar Negeri atas rencana mereka. Kelima orang tersebut adalah Nur Fitri Moeslim Taher (ketua tim), Dr. Arief Rachman, Abdillah Onim (logistik dan penerjemah), Nur Ikhwan Abadi (insinyur), dan Muhammad Yasin (jurnalis TV One).
Esoknya, Kementerian membalas surat tersebut dan menyatakan tidak merekomendasikan kelimanya untuk pergi ke Gaza. “Tapi Pemerintah tidak bisa berbuat banyak, apapun pertimbangannya, jika WNI bersikukuh untuk pergi, itu hak mereka,” ujar Teguh. Rombongan Armada Kebebasan tidak hanya membawa lima WNI yang mengirim surat pemberitahuan ke Kementerian. Total ada 12 WNI yang ikut dalam rombongan. Tim lainnya berasal dari Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa) dan Sahabat Al-Aqsa. Mereka adalah Ferry Nur, Muhendri Muchtar, Hardjito Warno, dan Oktaviano ikut dalam tim Kispa. Sementara, Dzikrullah, Santi Soekanto, dan Surya Fachrizal ikut dalam tim Sahabat Al-Aqsa. Hingga kini, 12 WNI masih ditahan Pemerintah Israel. Kementerian Luar Negeri belum bisa melakukan komunikasi langsung dengan mereka. “Ada kesulitan komunikasi karena kita tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel,” kata Teguh.
Pemulangan 12 relawan dan jurnalis asal Indonesia yang ditangkap Israel, akan diatur oleh Kedutaan Besar RI yang ada di Amman, Yordania. “Teknis diatur nanti, tapi urusan dengan Palestina, kedutaan kita di Amman, Yordania, akan menangani. Jadi itu di bawah kedutaan di Amman, dan karena itulah, secara teknis mereka yang akan mengatur dan telah membentuk task force di KBRI mengurus masalah ini,” ujar Juru Bicara Kepresidenan Dinno Pati Jalal di Kantor Presiden, Selasa (1/6/2010).
Lebih kanjut, Dinno menuturkan posisi Indonesia tegas mengecam dan mengupayakan jalur diplomasi di forum internasional. Israel, tegas Dinno, tidak memiliki hak untuk menyerang dan melukai para relawan yang membawa bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Gaza, Palestina. “Karena Israel tidak punya hak untuk menyergap, menyerbu, apalagi melukai kapal asing yang bertujuan damai untuk menyerahkan 10 ribu ton bantuan ke Gaza untuk rakyat Palestina yang menderita di Gaza dan menembus blokade yang tidak punya landasan hukum internasional,” papar Dinno. Dinno juga menambahkan Pemerintah mendesak agar para relawan yang bertujuan baik segera dibebaskan. “Kalau kita lihat, ini rare, jarang jadi seruan internasional dari berbagai penjuru negara,” ungkapnya
Seorang warga Australia tertembak di kakinya saat penyerbuan komando Israel ke kapal bantuan tujuan Gaza, kata menteri luar negeri Australia Stephen Smith, Selasa. Korban telah mendapat perawatan di rumah sakit sedangkan dua wartawan Australia di konvoi kapal “flottilla to Gaza” tersebut selamat. “Kami, lewat para petugas kami, sepenuhnya berusaha mengetahui keberadaan dan keadaan warga Australia lainnya,” kata Smith kepada ABC seperti dikutip AFP. “Mengenai dua wartawan, kami tahu mereka selamat. Kami cemas dengan warga yang cedera tapi sejauh ini dia telah mendapat pendampingan konsuler,” kata Smith. Menlu Australia mengatakan bahwa Israel harus melakukan penyelidikan yang “dapat dipercaya dan transparan” serta harus memberi penjelasan detail.
Bantahan Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin menyampaikan “penyesalan” atas jatuhnya korban jiwa dalam penyerbuan ke konvoi kapal bantuan tujuan Gaza. Namun, ia mengemukakan para serdadu Israel bertindak untuk “mempertahankan diri”. “Kami menyesalkan jatuhnya korban jiwa,” kata Netanyahu di Ottawa saat pertemuan dengan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper seperti diberitakan AFP. “Serdadu kami terpaksa mempertahankan diri supaya tidak kehilangan nyawa,” kata Netanyahu. PM Israel tersebut mempersingkat kunjungan ke Kanada dan menunda rencana ke Washington setelah insiden penyerbuan tersebut.
Netanyahu mengatakan bahwa pasukan komando Israel yang menyerbu kapal diserang oleh aktivis pro-Palestina saat tiba di kapal. “Mereka dengan sengaja menyerang para tentara, para tentara diserang dengan pentungan, dipukuli dan ditusuk, bahkan ada laporan tentang adanya tembakan,” kata Netanyahu.
Gambar di samping adalah cuplikan foto dari Video penyerangan tentara Israel ke kapal Mavi. Marmara yang membawa relawan pembawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Israel merilis video penyerangan kapal berisi relawan pembawa bantuan kemanusian yang tergabung dalam Armada Kebebasan di antaranya kapal Mavi Marmara. Dalam video tersebut, tampak tentara Israel dipukuli dengan pipa dan kursi. Pada Senin, Israel menyerang enam kapal yang membawa ratusan aktivis pro-Palestina dan relawan pembawa bantuan kemanusiaan. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai belasan orang lainnya. Akibatnya, dunia mengecam kekejaman Israel tersebut.
Sementara pihak Israel mengatakan sedikitnya lima tentara mereka terluka, dua di antaranya terluka serius. Menurut militer Israel, dua aktivis yang tewas dalam insiden tersebut menembak tentara dengan pistol. “Mereka merencanakan serangan ini,” ujar juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Avital Leibovitch. “Tentara kami terluka karena kena pisau dan benda-benda besi.”
Kapal yang diserang tentara Israel akhirnya digiring ke Pelabuhan Israel di Ashdod. Sementara korban luka dievakuasi dengan helikopter ke rumah sakit di Israel. Belum diketahui secara detail identitas korban tewas atau kondisi beberapa orang terkenal yang ikut dalam konvoi tersebut. Beberapa tokoh yang ikut di antaranya peraih Nobel Perdamaian 1976 Mauread Corrigan Maguire dari Irlandia Utara dan legislator Eropa Hedy Epstein.
Dalam salah satu konvoi delapan kapal Armada Kebebasan (Freedom Flotilla),yang membawa bantuan untuk warga Gaza, ada 12 warga Indonesia yang belum diketahui nasibnya. Ke-12 warga Indonesia itu berasal dari lembaga swadaya masyarakat, yakni Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa) dan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) serta lima wartawan, yaitu Al-Jazeera Indonesia, TV One, Hidayatullah.com, majalah Alia, dan Sahabat Al-Aqsha
0 Response to "Serangan Israel ke kapal Mavi Marmara"
Posting Komentar